Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, meletus pada Sabtu (2/2/2013) pukul 23.36 Wita. Sebagian besar wilayah di Pulau Flores, diguyur abu vulkanik akibat letusan gunung di bagian utara NTT tersebut.
Kantor Berita Antara melaporkan, rumah-rumah penduduk terutama di utara Flores diselimuti abu setebal sekitar satu milimeter. "Gunung Rokatenda pada saat letusan, sempat terjadi hujan abu dengan tebal satu milimeter di pos pemantau Gunung Rokatenda," kata Petrus Tiba, Pemantau Gunung Api Iya dan Rokatenda yang berpusat di Ropa-Ende.
Petrus mengatakan, letusan disertai bunyi dentuman dan suara gemuruh terdengar dari pos pengamatan yang berada di pantai utara NTT dengan jarak 17 km arah selatan Gunung Rokatenda. Letusan itu juga memperlihatkan semburan lava pijar.
Menurut Petrus, semburan debu cukup tinggi mencapai 300-4.000 meter di atas permukaan laut sehingga menyebar ke sebagian besar di Pulau Flores. Semburan abu vulkanik ini bisa berdampak pada serangan penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak.
Untuk sementara, penduduk sekitar diimbau tidak keluar rumah. Jika berada di luar rumah, maka anak-anak atau warga diharuskan mengenakan masker untuk menghindari serangan penyakit sesak napas.
Dampak letusan Gunung Rokatenda, empat kecamatan di Kabupaten Nagekeo tertutup abu vulkanik. Silvester Jogo dan Aloysius Abo, ditemui di Nangaroro, Minggu (3/2/2013) siang mengatakan, mereka mengetahui abu vulkanik pada pukul 05.00 Wita.
Silvester menyampaikan, akibat debu vulkanik dari Gunung Rokatenda itu, masyarakat di daerah yang berhadapan langsung dengan Gunung Rokatenda seperti Kecamatan Wolowae, Nangaroro mulai menderita sesak napas dan mata perih.
"Ternak bisa mati semua kalau hujan tidak turun dua sampai tiga hari ini karena tidak ada makanan. Kami juga khawatir debu yang ada bisa menutup mata air. Kami berharap pemerintah daerah segera tanggap dan memberikan bantuan darurat berupa masker kepada warga terkena dampak," kata Silvester.
Minggu siang hingga sore, abu vulkanik menghalangi jarak pandang para pengendara sepeda motor di Nangaroro dan Wolowae. Silvester mengatakan, warga Nangaroro sempat panik melihat debu yang menutup hampir seluruh daerah itu.
"Saya kaget ketika bangun lihat di halaman semuanya putih. Saya kasih bangun seluruh keluarga dan tetangga. Saya panik kiranya ada kejadian apa. Setelah cari tahu ternyata abu dari Gunung Rokatenda di Palue," kata Silvester.
Ia menjelaskan, ketebalan abu tiga sampai empat mili meter (mm). Mereka memprediksi ketebalan debu setebal itu karena ketika diinjak meninggalkan jejak. Silvester dan Aloysius mengatakan, jika kondisi tersebut berlanjut akan berdampak pada kesehatan warga serta kehidupan ternak di daerah itu.
Sementara bantuan masker dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo baru diturunkan Minggu sore ke tiga kecamatan terparah, yaitu Wolowae, Nangaroro dan Keo Tengah masing-masing 1.000 unit. Di Kaburea, Kecamatan Wolowae abu vulkanik menutup seluruh rumah penduduk, tanaman pangan dan sawah garam di wilayah itu.
Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo asal Wolowae, Marsel Lemara, Minggu pagi mengatakan, hujan debu vulkanik Gunung Rokatenda telah mengganggu jarak pandang dan aktivitas masyarakat di daerah itu. Menurut dia, yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini hanya masker.
Kepala BPBD Kabupaten Nagekeo, Sirilus Loi melalui pesan singkatnya, Minggu siang mengatakan, timnya sudah berada di tiga kecamatan yang dilanda debu vulkanik Gunung Rokatenda. Tim tersebut membawa 1.000 masker untuk setiap kecamatan. Dengan demikian, untuk tiga kecamatan sebanyak 3.000 masker.
Kantor Berita Antara melaporkan, rumah-rumah penduduk terutama di utara Flores diselimuti abu setebal sekitar satu milimeter. "Gunung Rokatenda pada saat letusan, sempat terjadi hujan abu dengan tebal satu milimeter di pos pemantau Gunung Rokatenda," kata Petrus Tiba, Pemantau Gunung Api Iya dan Rokatenda yang berpusat di Ropa-Ende.
Petrus mengatakan, letusan disertai bunyi dentuman dan suara gemuruh terdengar dari pos pengamatan yang berada di pantai utara NTT dengan jarak 17 km arah selatan Gunung Rokatenda. Letusan itu juga memperlihatkan semburan lava pijar.
Menurut Petrus, semburan debu cukup tinggi mencapai 300-4.000 meter di atas permukaan laut sehingga menyebar ke sebagian besar di Pulau Flores. Semburan abu vulkanik ini bisa berdampak pada serangan penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak.
Untuk sementara, penduduk sekitar diimbau tidak keluar rumah. Jika berada di luar rumah, maka anak-anak atau warga diharuskan mengenakan masker untuk menghindari serangan penyakit sesak napas.
Dampak letusan Gunung Rokatenda, empat kecamatan di Kabupaten Nagekeo tertutup abu vulkanik. Silvester Jogo dan Aloysius Abo, ditemui di Nangaroro, Minggu (3/2/2013) siang mengatakan, mereka mengetahui abu vulkanik pada pukul 05.00 Wita.
Silvester menyampaikan, akibat debu vulkanik dari Gunung Rokatenda itu, masyarakat di daerah yang berhadapan langsung dengan Gunung Rokatenda seperti Kecamatan Wolowae, Nangaroro mulai menderita sesak napas dan mata perih.
"Ternak bisa mati semua kalau hujan tidak turun dua sampai tiga hari ini karena tidak ada makanan. Kami juga khawatir debu yang ada bisa menutup mata air. Kami berharap pemerintah daerah segera tanggap dan memberikan bantuan darurat berupa masker kepada warga terkena dampak," kata Silvester.
Minggu siang hingga sore, abu vulkanik menghalangi jarak pandang para pengendara sepeda motor di Nangaroro dan Wolowae. Silvester mengatakan, warga Nangaroro sempat panik melihat debu yang menutup hampir seluruh daerah itu.
"Saya kaget ketika bangun lihat di halaman semuanya putih. Saya kasih bangun seluruh keluarga dan tetangga. Saya panik kiranya ada kejadian apa. Setelah cari tahu ternyata abu dari Gunung Rokatenda di Palue," kata Silvester.
Ia menjelaskan, ketebalan abu tiga sampai empat mili meter (mm). Mereka memprediksi ketebalan debu setebal itu karena ketika diinjak meninggalkan jejak. Silvester dan Aloysius mengatakan, jika kondisi tersebut berlanjut akan berdampak pada kesehatan warga serta kehidupan ternak di daerah itu.
Sementara bantuan masker dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo baru diturunkan Minggu sore ke tiga kecamatan terparah, yaitu Wolowae, Nangaroro dan Keo Tengah masing-masing 1.000 unit. Di Kaburea, Kecamatan Wolowae abu vulkanik menutup seluruh rumah penduduk, tanaman pangan dan sawah garam di wilayah itu.
Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo asal Wolowae, Marsel Lemara, Minggu pagi mengatakan, hujan debu vulkanik Gunung Rokatenda telah mengganggu jarak pandang dan aktivitas masyarakat di daerah itu. Menurut dia, yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini hanya masker.
Kepala BPBD Kabupaten Nagekeo, Sirilus Loi melalui pesan singkatnya, Minggu siang mengatakan, timnya sudah berada di tiga kecamatan yang dilanda debu vulkanik Gunung Rokatenda. Tim tersebut membawa 1.000 masker untuk setiap kecamatan. Dengan demikian, untuk tiga kecamatan sebanyak 3.000 masker.
Post a Comment