Belis/Mas Kawin
Dalam Adat Masyarakat Nagekeo, pihak laki-laki membawa belis berupa kerbau, sapi, kuda, kambing, domba, dan anjing ke pihak perempuan. Biasanya belis tersebut ditentukan oleh pihak perempuan. Hasil kesepakatan mereka akan diberitahu ke pihak laki-laki dan harus menyanggupinya berapa ekor hewan yang ditentukan itu. Ini merupakan nilai tanggung jawab sehingga seorang laki-laki yang hendak menikah/berkeluarga ia harus benar-benar bertanggung jawab terhadap istri/pasangannya.
Bahasa
Orang Nagekeo dalam keseharian menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa Nagekeo
Tarian
Tari Togadu adalah Tarian Perang, yang digunakan membangkitkan semangat kepahlawanan dari para pejuang di dalam medan pertempuran. Tari Togadu ini menampilkan pemuda Nagekeo dalam sebuah kancah pertempuran. Irama Tarian Togadu ini seringkali diiringi dengan alat musik yang terbuat dari bambu dan juga menggunakan tambur sebagai pengiringnya.
Nama
Nama-nama orang Nagekeo merupakan wakil atau representasi dari nama kerabat yang telah meninggal dunia. Dalam kaitan dengan memanggil nama sering orang mendengar orang memanggil Bapa atau Ema atau Embu atau Amekae pada seorang anak kecil. Panggilan-panggilan ini berkaitan dengan posisi yang memanggil terhadap nama yang direpresentasikan. Ada yang unik, bila punya teman sejawat yang bernama sama mereka akan saling memanggil dengan sebutan Tamo. (tanagekeo)
Budaya lainnya ialah membuat bako po’o, ramuan tembakau yang disimpan dalam bambu seperti nasi lemang. Sebuah tradisi ramu tembakau yang sudah menghilang. Ramuan irisan daun tembakau dimasukkan dalam bambu kemudian ditutup rapat lalu disimpan. Ketika akan digunakan bambu dibelah dan tembakau padat itu didorong agak keluar dari mulut ruas bambu kemudian diiris tipis lalu diuraikan dan digulung pada daun lontar untuk diisap. Pada hari pasar bako po’o ini dibawa ke pasar untuk dijual. Ada yang punya banyak uang membeli utuh satu ruas bambu, tetapi kebanyakan orang hanya membeli beberapa iris saja.
selain bako po'o, ada juga luti dan luti muri. Luti dalam bahasa Nagekeo artinya mengajak. Pemakaian kata ini hanya untuk mengajak singgah dan bermalam. Sedangkan untuk mengajak dalam arti yang lebih umum digunakan kata lisi (papa lisi). Luti muri artinya mempertahankan dalam keadaan hidup. Bila seorang yang sudah lama tak pernah berkunjung ke suatu kampung, maka ada beberapa keluarga ingin mengundang mampir. Sebagai penghormatan pada tamu, setiap rumah menyiapkan makan bersama. Menurut adat istiadat setempat ayam atau babi disembelih pada saat tamu tiba di rumah. Ini sebagai bukti penghormatan khusus. Juga ini merupakan pernyataan bahwa daging yang dimakan berasal dari hewan ternak yang segar dan disiapkan. Karena sang tamu mungkin sudah makan di rumah sebelumnya, maka sang tamu hanya merokok dan minum. Kalau memang terpaksa makan , maka akan disiapkan makan bersama sederhana. Ada aturan adat dalam penyajian daging. Babi biasanya diberikan kepada keluarga ine weta (saudari) yaitu pihak yang memberikan calon pengantin lelaki. Anjing diberikan kepada pihak ame nala (saudara lelaki) pihak yang memberikan calon mempelai perempuan. Ayam adalah hewan yang dianggap umum bisa disajikan kepada siapa saja. Babi atau anjing yang seharusnya disembelih bisa diganti dengan ayam. Karena sang tamu menolak untuk menyiapkan makan istimewa, maka babi tidak jadi disembelih. Babi akan dipertahankan supaya hidup. Ini yang disebut luti muri dalam bahasa Nagekeo.
Dalam Adat Masyarakat Nagekeo, pihak laki-laki membawa belis berupa kerbau, sapi, kuda, kambing, domba, dan anjing ke pihak perempuan. Biasanya belis tersebut ditentukan oleh pihak perempuan. Hasil kesepakatan mereka akan diberitahu ke pihak laki-laki dan harus menyanggupinya berapa ekor hewan yang ditentukan itu. Ini merupakan nilai tanggung jawab sehingga seorang laki-laki yang hendak menikah/berkeluarga ia harus benar-benar bertanggung jawab terhadap istri/pasangannya.
Bahasa
Orang Nagekeo dalam keseharian menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa Nagekeo
Tarian
Tari Togadu adalah Tarian Perang, yang digunakan membangkitkan semangat kepahlawanan dari para pejuang di dalam medan pertempuran. Tari Togadu ini menampilkan pemuda Nagekeo dalam sebuah kancah pertempuran. Irama Tarian Togadu ini seringkali diiringi dengan alat musik yang terbuat dari bambu dan juga menggunakan tambur sebagai pengiringnya.
Nama
Nama-nama orang Nagekeo merupakan wakil atau representasi dari nama kerabat yang telah meninggal dunia. Dalam kaitan dengan memanggil nama sering orang mendengar orang memanggil Bapa atau Ema atau Embu atau Amekae pada seorang anak kecil. Panggilan-panggilan ini berkaitan dengan posisi yang memanggil terhadap nama yang direpresentasikan. Ada yang unik, bila punya teman sejawat yang bernama sama mereka akan saling memanggil dengan sebutan Tamo. (tanagekeo)
Budaya lainnya ialah membuat bako po’o, ramuan tembakau yang disimpan dalam bambu seperti nasi lemang. Sebuah tradisi ramu tembakau yang sudah menghilang. Ramuan irisan daun tembakau dimasukkan dalam bambu kemudian ditutup rapat lalu disimpan. Ketika akan digunakan bambu dibelah dan tembakau padat itu didorong agak keluar dari mulut ruas bambu kemudian diiris tipis lalu diuraikan dan digulung pada daun lontar untuk diisap. Pada hari pasar bako po’o ini dibawa ke pasar untuk dijual. Ada yang punya banyak uang membeli utuh satu ruas bambu, tetapi kebanyakan orang hanya membeli beberapa iris saja.
selain bako po'o, ada juga luti dan luti muri. Luti dalam bahasa Nagekeo artinya mengajak. Pemakaian kata ini hanya untuk mengajak singgah dan bermalam. Sedangkan untuk mengajak dalam arti yang lebih umum digunakan kata lisi (papa lisi). Luti muri artinya mempertahankan dalam keadaan hidup. Bila seorang yang sudah lama tak pernah berkunjung ke suatu kampung, maka ada beberapa keluarga ingin mengundang mampir. Sebagai penghormatan pada tamu, setiap rumah menyiapkan makan bersama. Menurut adat istiadat setempat ayam atau babi disembelih pada saat tamu tiba di rumah. Ini sebagai bukti penghormatan khusus. Juga ini merupakan pernyataan bahwa daging yang dimakan berasal dari hewan ternak yang segar dan disiapkan. Karena sang tamu mungkin sudah makan di rumah sebelumnya, maka sang tamu hanya merokok dan minum. Kalau memang terpaksa makan , maka akan disiapkan makan bersama sederhana. Ada aturan adat dalam penyajian daging. Babi biasanya diberikan kepada keluarga ine weta (saudari) yaitu pihak yang memberikan calon pengantin lelaki. Anjing diberikan kepada pihak ame nala (saudara lelaki) pihak yang memberikan calon mempelai perempuan. Ayam adalah hewan yang dianggap umum bisa disajikan kepada siapa saja. Babi atau anjing yang seharusnya disembelih bisa diganti dengan ayam. Karena sang tamu menolak untuk menyiapkan makan istimewa, maka babi tidak jadi disembelih. Babi akan dipertahankan supaya hidup. Ini yang disebut luti muri dalam bahasa Nagekeo.
+ comments + 1 comments
Thanks banyak untuk ilmu pngthuan budaya yg patut di pertahankan nilai2nya.,
Post a Comment