Ratusan hektar tanaman padi sawah siap panen dan puluhan rumah penduduk di Mbay, Kabupaten Nagekeo, terendam banjir. Juga puluhan hektar padi sawah yang sudah menguning siap panen di Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, rusak terendam banjir. Para petani hanya bisa meratap seperti Abdul Kadir di Mbay.
Bencana ini terjadi setelah hampir seluruh daratan Flores dalam dua hari terkahir, Selasa (8/1/2013) dan Rabu (9/1/2013), diguyur hujan lebat disertai angin kencang. Wilayah terparah yang dilanda banjir di Nagekeo, yaitu Tonggurambang, Desa Mbay II, Desa Mbay I, Marapokot, Nanga Dhero, Wolowae dan sebagian kecil di Danga.
Banjir yang merendam ratusan hektar padi sawah dan puluhan rumah di daerah itu berasal dari luapan saluran irigasi pembuangan, serta buruknya drainase dalam Kota Mbay. Bahkan sampai saat ini, di ibu kota Kabupaten Nagekeo itu belum ada drainase atau saluran pembuangan yang memadai.
Hampir semua ruas jalan, termasuk jalan utama Danga-Marapokot yang membelah Kota Mbay tidak memiliki saluran pembuangan. Akibatnya, ketika hujan turun dengan intensitas tinggi terjadi banjir dan genangan air di lokasi-lokasi pemukiman penduduk.
Khusus rumah-rumah di sepanjang jalur Alorongga-Marapokot, genangan terjadi akibat saluran pembuangan atau deker-deker yang selama ini berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan ditutup material dari proyek peningkatan jalan tersebut.
"Kami sudah beritahu kontraktor jangan tutup saluran pembuangan. Tetapi mereka jawab, dalam perencanaan tidak ada saluran pembuangan atau deker. Mereka tutup saluran pembuangan," kata Erni, salah satu warga yang rumahnya terendam banjir.
"Baru tahun ini, banjir sampai separah ini. Genangan air di dalam rumah saya sampai sepinggang. Peralatan rumah tangga banyak yang rusak. Mesin cuci tidak berfungsi lagi. Peralatan dapur terendam. Peralatan elektronik rusak. Kami tidak bisa memasak," tutur Erni.
Sambil menunggu bantuan pemerintah, masyarakat korban banjir dengan peralatan seadanya berusaha menjebol kembali saluran pembuangan yang ditutup PT SAK, kontakraktor pekerjaan peningkatan jalan Alorongga-Marapokot. Hanya dengan cara itu bisa menyurutkan air yang merendam rumah mereka.
Sementara para petani yang tanaman padinya terendam banjir hanya pasrah. Hadija Arbaa, yang tanaman padinya ikut terendam mengatakan, tanaman padi miliknya seluas satu hektar itu sudah mulai memasuki masa panen.
Ia mengatakan, padi yang terendam itu menurut rencana akan dipanen minggu depan. Namun kejadian ini, ia mengaku tidak bisa berharap banyak untuk panen padi sawahnya. "Dalam kondisi normal, hasil panen satu hektar bisa sampai 60 karung. Kalau sudah terendam begini, kami tidak tahu lagi," ujarnya.
Korban lainnya, Abdul Kadir hanya bisa meratapi padi miliknya yang hancur di lantai jemuran. Abdul yang membiarkan padi di lantai jemur dengan tutupan terpal karena berharap hujan hanya berlangsung satu dua jam ternyata harus menyesali keputusannya.
Hujan dua hari berturut-turut, Selasa (8/1/2013) dan Rabu (9/1/2013) menyebabkan air tergenang dan banjir yang turut merendam padi miliknya tersebut. Padi 20 karung yang dijemur dalam tiga terpal itu dipastikan hancur. "Kalau untuk jual sudah tidak bisa diharapkan lagi. Mungkin hanya untuk makan," kata Abdul.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo melalui Pemerintahan Kecamatan Aesesa telah melakukan pendataan terhadap para korban banjir. Namun untuk tahap awal hanya korban rumah terendam. Sedangkan lahan tanaman yang rusak akibat terendam banjir belum terdata. Petugas dari Kantor Bencana Alam Daerah juga belum terlihat di lapangan.
Sekitar puluhan hektar padi sawah siap panen di Desa Bhera, Kecamatan Mego, Sikka, juga rusak terendam banjir. Salah seorang warga desa setempat, Datus menyampaikan hal ini kepada Pos Kupang melalui telepon selular, Rabu (9/1/2013).
Datus menjelaskan, cuaca buruk dan hujan lebat dua hari terakhir ini menimbulkan bencana banjir. Banjir yang meluap dari Kali Lowo Wego di kampung itu masuk ke lahan sawah masyarakat. Akibatnya, tanaman padi masyarakat yang sudah menguning dan siap panen dan padi yang baru ditanam rusak. "Kepala desa dan masyarakat turun memantau kerusakan padi. Memang sedih, ibu-ibu meratapi kejadian ini," tutur Datus.
Bencana ini terjadi setelah hampir seluruh daratan Flores dalam dua hari terkahir, Selasa (8/1/2013) dan Rabu (9/1/2013), diguyur hujan lebat disertai angin kencang. Wilayah terparah yang dilanda banjir di Nagekeo, yaitu Tonggurambang, Desa Mbay II, Desa Mbay I, Marapokot, Nanga Dhero, Wolowae dan sebagian kecil di Danga.
Banjir yang merendam ratusan hektar padi sawah dan puluhan rumah di daerah itu berasal dari luapan saluran irigasi pembuangan, serta buruknya drainase dalam Kota Mbay. Bahkan sampai saat ini, di ibu kota Kabupaten Nagekeo itu belum ada drainase atau saluran pembuangan yang memadai.
Hampir semua ruas jalan, termasuk jalan utama Danga-Marapokot yang membelah Kota Mbay tidak memiliki saluran pembuangan. Akibatnya, ketika hujan turun dengan intensitas tinggi terjadi banjir dan genangan air di lokasi-lokasi pemukiman penduduk.
Khusus rumah-rumah di sepanjang jalur Alorongga-Marapokot, genangan terjadi akibat saluran pembuangan atau deker-deker yang selama ini berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan ditutup material dari proyek peningkatan jalan tersebut.
"Kami sudah beritahu kontraktor jangan tutup saluran pembuangan. Tetapi mereka jawab, dalam perencanaan tidak ada saluran pembuangan atau deker. Mereka tutup saluran pembuangan," kata Erni, salah satu warga yang rumahnya terendam banjir.
"Baru tahun ini, banjir sampai separah ini. Genangan air di dalam rumah saya sampai sepinggang. Peralatan rumah tangga banyak yang rusak. Mesin cuci tidak berfungsi lagi. Peralatan dapur terendam. Peralatan elektronik rusak. Kami tidak bisa memasak," tutur Erni.
Sambil menunggu bantuan pemerintah, masyarakat korban banjir dengan peralatan seadanya berusaha menjebol kembali saluran pembuangan yang ditutup PT SAK, kontakraktor pekerjaan peningkatan jalan Alorongga-Marapokot. Hanya dengan cara itu bisa menyurutkan air yang merendam rumah mereka.
Sementara para petani yang tanaman padinya terendam banjir hanya pasrah. Hadija Arbaa, yang tanaman padinya ikut terendam mengatakan, tanaman padi miliknya seluas satu hektar itu sudah mulai memasuki masa panen.
Ia mengatakan, padi yang terendam itu menurut rencana akan dipanen minggu depan. Namun kejadian ini, ia mengaku tidak bisa berharap banyak untuk panen padi sawahnya. "Dalam kondisi normal, hasil panen satu hektar bisa sampai 60 karung. Kalau sudah terendam begini, kami tidak tahu lagi," ujarnya.
Korban lainnya, Abdul Kadir hanya bisa meratapi padi miliknya yang hancur di lantai jemuran. Abdul yang membiarkan padi di lantai jemur dengan tutupan terpal karena berharap hujan hanya berlangsung satu dua jam ternyata harus menyesali keputusannya.
Hujan dua hari berturut-turut, Selasa (8/1/2013) dan Rabu (9/1/2013) menyebabkan air tergenang dan banjir yang turut merendam padi miliknya tersebut. Padi 20 karung yang dijemur dalam tiga terpal itu dipastikan hancur. "Kalau untuk jual sudah tidak bisa diharapkan lagi. Mungkin hanya untuk makan," kata Abdul.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo melalui Pemerintahan Kecamatan Aesesa telah melakukan pendataan terhadap para korban banjir. Namun untuk tahap awal hanya korban rumah terendam. Sedangkan lahan tanaman yang rusak akibat terendam banjir belum terdata. Petugas dari Kantor Bencana Alam Daerah juga belum terlihat di lapangan.
Sekitar puluhan hektar padi sawah siap panen di Desa Bhera, Kecamatan Mego, Sikka, juga rusak terendam banjir. Salah seorang warga desa setempat, Datus menyampaikan hal ini kepada Pos Kupang melalui telepon selular, Rabu (9/1/2013).
Datus menjelaskan, cuaca buruk dan hujan lebat dua hari terakhir ini menimbulkan bencana banjir. Banjir yang meluap dari Kali Lowo Wego di kampung itu masuk ke lahan sawah masyarakat. Akibatnya, tanaman padi masyarakat yang sudah menguning dan siap panen dan padi yang baru ditanam rusak. "Kepala desa dan masyarakat turun memantau kerusakan padi. Memang sedih, ibu-ibu meratapi kejadian ini," tutur Datus.
Post a Comment