Pemikiran Karl Marx dapt dikatakan telah bergeser dari politik ke bidang ekonomi, menurutnya keterasingan yang dialami manusia merupakan hasil pekerjaan kapitalis. Secara samar Karl Marx memiliki keyakinan moral, dia memiliki pandangan tentang hakikat manusia dan bagaimana seharusnya manusia diperlakukan. Menurutnya pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling dasar yang membuat manusia menjadi nyata sebagai makhluk sosial yang menunjukkan hakikatnya yang bebas dan universal namun juga menjadi penyebab utama keterasingan manusia. Bekerja merupakan tindakan manusia mengambil bentuk alami dan menambahkan bentuk yang dinginkan. Namun yang terjadi adalah manusia bekerja semata-mata karena terpaksa sehingga menyebabkannya terasing. Karl Marx membagi manusia ke dalam dua kelompok, kaum proletar (buruh) dan kaum borjuis (pemilik modal) yang semuanya memiliki kepentingan-kepentingan sendiri. Kaum proletar bekerja untuk mendapatkan upah, sedangkan para borjuis menekan para buruh untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Karl Marx kaum proletar memiliki tiga dimensi keterasingan, yang pertama adalah terasing dari dirinya sendiri, yang kedua adalah terasing dari produknya, dan yang ketiga adalah terasing karena memperalat dirinya sendiri untuk mencari nafkah. Dan menurut Karl Marx jika seseorang sudah terasing dari hakikatnya maka dia akan terasing dari sesama manusia lainnya, karena setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda, dan semua itu saling berkontradiksi. Sudah jelas bahwa buruh dan pemilik modal saling bertentangan, dan menurutnya di antara sesama buruhpun terjadi pertentangan dalam merebut tempat bekerja sedangkan di antara pemilik modal terjadi pertentangan memperebutkan pasar.
Namun baginya hubungan manusia yang tidak terasing hanya ada pada hubungan antara pria dan wanita yang saling mencinta, hal tersebut dapat dilihat dari sifat Karl Marx yang digambarkan sangat mencintai keluarganya. Bagi Karl Marx pada hakikatnya keterasingan dalam pekerjaan disebabkan oleh sistem hak milik pribadi antara yang menguasai alat kerja dan yang menguasai tenaga kerja semua itu terwujud oleh sistem pembagian kerja dalam masyarakat. Dan bagi Karl Marx ini hanyalah tahap kedua bagi perkembangan manusia, yang pada tahap pertama adalah manusia purba tanpa pembagian kerja sedangkan di tahap ketiga adalah tahap kebebasan apabila sistem hak milik pribadi telah dhapuskan.Sehingga di bab enam Karl Marx menjelaskan tentang teori kelas dimana yang disebabkan oleh sistem pembagian kerja. Di dalam masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan kelas yang dikuasai. Namun Karl Marx lebih mengkritik keadaan pada masyarakat kapitalis, yang menurutnya terdapat tiga kelas yaitu, kaum buruh (yang hidup dari upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para tuan tanah yang kemudian menjadi pemilik modal. Pemilik modal dan buruh sebenarnya saling membutuhkan namun saling bertentangan karena keduanya memiliki ketergantungan yang tidak seimbang. Menurut Karl Marx buruh adalah kaum yang lemah sedangkan pemilik modal adalah kelompok yang kuat. Buruh bisa hidup hanya jika memiliki pekerjaan yang dberikan oleh pemilik modal, sedangkan pemilik modal hidup dari hasil kerja buruh, sehingga bagi Karl Marx hal ini merupakan sistem kerja eksploitasi, pemilik modal dianggap sebagai penindas dan kaum buruh dianggap sebagai kaum tertindas. Dalam pandangan Karl Marx hubungan kerja dalam sistem kapitalis tidak stabil, karena pemilik modal yang menguasai ekonomi mereka dapat memenangkan kepentingan mereka atas kepentingan buruh, tetapi apabila kekuatan kelas atas berkurang dan buruh mampu memenangkan kepentingan mereka maka akan terjadi revolusi dan hak milik dihapuskan. Menurut Karl Marx perubahan hanya bisa dilakukan dengan revolusi.
Hal ini dapat dibagi ke dalam tiga unsur yaitu, pertama segi struktural lebih besar perannya dibandingkan kesadaran dan moralitas, kedua kepentingan yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda terhadap perubahan, dan ketiga bagi Karl Marx kemajuan dalam susunan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan jalan kekerasan, yaitu revolusi. Selanjutnya Karl Marx mengkritik negara dan agama yang baginya tidak memihak pada kaum buruh. Negara menurut Karl Marx merupakan alat bagi pemilik modal yang merupakan penguasa dan pengendali ekonomi untuk melegalkan hubungan kerja yang tidak adil dan tidak stabil sehingga kaum pemilik modal diuntungkan, perwujudannya berupa ideologi-ideologi. Ideologi kapitalis yang membuka kesempatan yang sama bagi siapapun untuk berusaha maju dan mendapatkan prestasi telah mengabaikan kenyataan bahwa semua manusia tidak memiliki kekuatan yang sama termasuk dalam aspek ekonomi, sehingga pamilik modal yang diilustrasikan sebagai kaum yang kuat akan selalu menang dan menindas kaum buruh yang lemah. Sedangkan agama hanyalah candu manusia, agama mengajarkan manusia yang “sabar” dan sanggup memikul “salibnya” (keadaan saat itu dimana gereja sangat berpengaruh) telah mengakibatkan manusia menjadi enggan untuk berjuang tetapi memilih untuk menerima kenyataan hidupnya yang tertindas. Dan kritiknya terhadap sejarah yang dianggapnya juga sebagai salah satu bentuk penipuan, diamana para raja dan orang besar lainnya yang kisahnya ditulis dalam buku-buku sejarah, secara terselubung semua itu juga ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu, dalam hal ini mereka yang memiliki modal, dan pengaruh yang kuat.
Karl Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmiah karena sosialismenya berdasarkan pengetahuan tentang hukum objektif perkembangan masyarakat, pengetahuan itulah yang disebut pandangan materialis sejarah. Asusmsi dasar pandangan materialis sejarah adalah ”bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, namun keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka”. Bagi Karl Marx keadaan manusia adalah tentang cara manusia menghasilkan sesuatu untuk hidup, oleh karena itu untuk memahami sejarah dan arah perkembangannya kita tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia tetapi bagaimana manusia bekerja , bagaimana ia berproduksi. Singkatnya sejarah manusia ditentukan oleh syarat-syarat produksi material, yang menentukan sejarah adalah materialisme. Pertentangan kelas sosial merupakan jawaban ata segalanya, kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukannya dalam kelas sosial.
Karl Marx membagi lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian besar yaitu dasar nyata atau basis dan bangunan atas. Basis adalah bidang produksi kehidupan material dan bangunan atas adalah proses kehidupan sosial, politik dan spiritual, namun kehidupan bangunan atas ditentukan oleh kehidupan dalam basis. Basis ditentukan oleh dua faktor yaitu, tenaga-tenaga produktif (alat-alat kerja, manusia dengan kecakapannya, dan pengalaman dalam produksi/teknologi), dan hubungan-hubungan produksi (pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi). Sedangkan Bangunan atas terdiri dari tatanan institusional (lembaga yang mengatur sistem pasar, pendidikan, kesehatan, hukum dan negara), dan tatanan kolektif (sistem kepercayaan, norma, dan nilai-nilai termasuk pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas, budaya, seni dan sebagainya).
Bertolak dari dua hal tersebut maka Karl Marx berpandangan bahwa perubahan masyarakat terjadi akibat adanya dinamika dalam basis bukan dalam bangunan atas. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa akibat ketidakseimbangan dalam sistem produksi dimana kaum buruh yang tertindas (akibat penindasan membuat orang menjadi progresif dan menginginkan perubahan) apabila mereka semakin kuat maka akan terjadi perubahan berupa revolusi. Karena pertentangan dalam masyarakat akibat adanya sistem hak milik maka Karl Marx berpendapat bahwa bangunan atas bisa berubahapabila struktur hak milik berubah. Perubahan sosial menurutnya haruslah bersifat revolusioner bukan perubahan secara perlahan-lahan karena jika secara perlahan, kita tahu bahwa pemilik modal tidak menginginkan perubahan, mereka akan berusaha untuk menghentikan perubahan agar mereka selalu bisa menjadi pengendali atas buruh yang berujung pada dominasi ekonomi oleh kelompok pemilik modal.
Pada akhirnya, dari semua hasil pemikiran Karl Marx muncul berbagai pertanyaan dari penulis sendiri, apakah ketika hak milik dihapuskan dan semua manusia sama secara ekonomi?. Bukankah pasti ada manusia yang memiliki kelebihan dalam hal ini, karena semua manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda sejak dilahirkan?, jika hak milik dihapuskan dan tidak ada yang menguasai dan yang dikuasai bukankah akan menimbulkan kekacauan? Karena manusia yang ada adalah manusia yang telah terbentuk pola pikirnya oleh sistem yang sebelumnya ada yaitu sistem kapitalis (karena yang ditentang oleh Karl Marx adalah kapitalis), kecuali manusia dilahirkan kembali, itupun susah karena jika ditilik dari sejarah agama dari awal manusia diciptakan keinginan-keinginan manusia akan rasa memiliki sesuatu telah muncul, hal inilah yang menjadi bukti bahwa sekarang ini di seluruh dunia telah mengalami kegagaglan dari teori dan pemikiran Karl Marx, kecuali dihilangkan rasa iri, dengki, dan sebagainya. Saat manusia berusaha untuk bertahan hidup di situlah sebagian besar pemikiran Karl Marx dianggap gagal, binatang saja yang tidak memiliki akal budi bisa saling bunuh hanya untuk mendapatkan makanan. Namun seperti yang saya katakan bahwa tidak sepenuhnya pemikiran Karl Marx tidak bermanfaat bagi manusia, Karl Marx telah menyadarkan kita bahwa sistem kapitalis telah membawa kita pada ketidakadilan dalam segala aspek kehidupan, namun pada hakikatnya dari semua yang dihasilkan oleh manusia termasuk pemikiran manusia tidak ada yang sempurna.
+ comments + 3 comments
terima kasih....bagus bwt referensi tugas kuliah
makasih...jangan lupa kunjung facebook dan twitternya y..
kak ini review pemikiran marx buku apa?
Post a Comment