Setiap gagasan mempengaruhi diri kita. Apa yang kita pikirkan biasanya mempengaruhi pembentukan diri kita. Jika kita malu terhadap proses pembentukan diri kita, maka kita perlu mengkaji kembali gagasan-gagasan yang ada didalam diri kita.
Kita memang tidak mampu menentukan nasib kita sendiri, namun kita sesungguhnya memiliki barbagai cara yang mampu mempengaruhi arah hidup kita. Kita tidak perlu menjadi seorang yang kehilangan harapan. Kita memiliki kunci untuk bisa bebas dan bertumbuh, yaitu gagasan.
Pada bulan November 1970, polisi menemukan seorang gadis kecil yang hidup terisolasi selama 13 tahun. Gadis ini masih memakai popok, pikirannya masih sama, seperti pikiran seorang bayi dan bahkan tidak mampu berbicara. Dia telah kehilangan kemampuan untuk menerima gagasan-gagasan yang seharusnya memicu perkembangan dinamis kepribadian manusia.
Kita dilahirkan dengan situasi hidup yang belum terbentuk. Kita dapat berkembang tahap demi tahap karena kita menjalin hubungan dengan orang lain, dan juga karena perkembangan secara berangsuar-angsur seiring dengan perkembangan gagasan kita.
Erik Erikson berkata,'' kita tidak dapat memiliki jati diri tanpa menganut suatu keyakinan diri.'' kekaburan jati diri kerap kali membuat kita jatuh kepada penyakit menggampangkan. Kita mencari makna dan penjelasan tentang ''aku'', dalam hidup kita. Kita mengajukan aneka pertanyaan: nilai apa yang sebenarnya saya cari? Apakah yang sungguh berharga bagi hidup saya? Bagaimana sikap saya tatkala berhadapan dengan orang lain?
Falsafah hidup kita memberi warna bagi nilai-nilai yang masih terserak-serak di sekitar pilihan mendasar ini dengan terus menerus memelihara tata hidup dan memberi arti dalam kehidupan kita. Jika kita tidak memiliki falsafah hidup, maka kita akan menjadi bingung ketika berhadapan dengan ribuan gagasan yang tidak saling berkaitan. Jika kita tidak puas dengan jati diri kita, maka kita harus mengkaji kembali gagasan-gagasan kita. Kita membentuk diri berdasarkan apa yang kita pikirkan. Banyak orang tidak pernah bisa merasa damai karena mereka tidak menata kembali dan menyederhanakan gagasan-gagasannya. Mereka lebih memilih meminum obat penenang dari pada mengubah mentalitasnya.
Agera seQuitur esse merupakan istilah dari bahasa lati yang jika diterjemahkan bebas berarti: cara kita bertindak tergantung pada siapakah diri kita. Jika kita malu atas tindakan-tindakan kita, maka kita seharusnya mengkaji kembali gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan kita. Jati diri kita merupakan sumber dari keyakinan kita. Gagasan-gagasan kita adalah diri kita. Jadi, kita harus merasa nyaman dengan gagasan-gagasan itu. Lalu siapa yang merasa paling kesepian?
Orang yang tak pernah kerasan dengan pikiran-pikirannya sendiri, dia yang terasing dari perasaan-perasaannya sendiri, dia yang terasing dari dirinya sendiri. Dia adalah orang yang paling kesepian dari semua orang. (Arthur Jersild)
Tindakan yang sembrono biasanya lahir dari gagasan-gagasan yang kacau-balau. Tanpa pemikiran dan persiapan yang memadai, aktivitas yang kita lakukan- apabila aktivitas itu membutuhkan banyak perhatian dan tenaga- hanya bisa tertangani sedikit bahkan bisa terbangkalai.
Jadi, tindakan kita seharusnya dikendalikan dari pusat refleksi yang terdalam, yaitu dari keheningan hati kita.
Kita harus mempersiapkan diri kita dengan belajar dan mengetahui jauh lebih banyak dari pada yang kita berikan, jika kita mengharapkan gagasan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kita tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak kita miliki, dan bertindak tanpa pengetahuan hanya akan menyebabkan kekacauan.
Kita perlu berefleksi dengan tenang. Refleksi dapat mengatasi ketidakpastian yang serba tidak jelas. Keyakinan kita harus menjadi seperti gunung es: lebih banyak bagian yang tersembunyi dari pada yang terlihat langsung.
Kita memang tidak mampu menentukan nasib kita sendiri, namun kita sesungguhnya memiliki barbagai cara yang mampu mempengaruhi arah hidup kita. Kita tidak perlu menjadi seorang yang kehilangan harapan. Kita memiliki kunci untuk bisa bebas dan bertumbuh, yaitu gagasan.
Pada bulan November 1970, polisi menemukan seorang gadis kecil yang hidup terisolasi selama 13 tahun. Gadis ini masih memakai popok, pikirannya masih sama, seperti pikiran seorang bayi dan bahkan tidak mampu berbicara. Dia telah kehilangan kemampuan untuk menerima gagasan-gagasan yang seharusnya memicu perkembangan dinamis kepribadian manusia.
Kita dilahirkan dengan situasi hidup yang belum terbentuk. Kita dapat berkembang tahap demi tahap karena kita menjalin hubungan dengan orang lain, dan juga karena perkembangan secara berangsuar-angsur seiring dengan perkembangan gagasan kita.
Erik Erikson berkata,'' kita tidak dapat memiliki jati diri tanpa menganut suatu keyakinan diri.'' kekaburan jati diri kerap kali membuat kita jatuh kepada penyakit menggampangkan. Kita mencari makna dan penjelasan tentang ''aku'', dalam hidup kita. Kita mengajukan aneka pertanyaan: nilai apa yang sebenarnya saya cari? Apakah yang sungguh berharga bagi hidup saya? Bagaimana sikap saya tatkala berhadapan dengan orang lain?
Falsafah hidup kita memberi warna bagi nilai-nilai yang masih terserak-serak di sekitar pilihan mendasar ini dengan terus menerus memelihara tata hidup dan memberi arti dalam kehidupan kita. Jika kita tidak memiliki falsafah hidup, maka kita akan menjadi bingung ketika berhadapan dengan ribuan gagasan yang tidak saling berkaitan. Jika kita tidak puas dengan jati diri kita, maka kita harus mengkaji kembali gagasan-gagasan kita. Kita membentuk diri berdasarkan apa yang kita pikirkan. Banyak orang tidak pernah bisa merasa damai karena mereka tidak menata kembali dan menyederhanakan gagasan-gagasannya. Mereka lebih memilih meminum obat penenang dari pada mengubah mentalitasnya.
Agera seQuitur esse merupakan istilah dari bahasa lati yang jika diterjemahkan bebas berarti: cara kita bertindak tergantung pada siapakah diri kita. Jika kita malu atas tindakan-tindakan kita, maka kita seharusnya mengkaji kembali gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan kita. Jati diri kita merupakan sumber dari keyakinan kita. Gagasan-gagasan kita adalah diri kita. Jadi, kita harus merasa nyaman dengan gagasan-gagasan itu. Lalu siapa yang merasa paling kesepian?
Orang yang tak pernah kerasan dengan pikiran-pikirannya sendiri, dia yang terasing dari perasaan-perasaannya sendiri, dia yang terasing dari dirinya sendiri. Dia adalah orang yang paling kesepian dari semua orang. (Arthur Jersild)
Tindakan yang sembrono biasanya lahir dari gagasan-gagasan yang kacau-balau. Tanpa pemikiran dan persiapan yang memadai, aktivitas yang kita lakukan- apabila aktivitas itu membutuhkan banyak perhatian dan tenaga- hanya bisa tertangani sedikit bahkan bisa terbangkalai.
Jadi, tindakan kita seharusnya dikendalikan dari pusat refleksi yang terdalam, yaitu dari keheningan hati kita.
Kita harus mempersiapkan diri kita dengan belajar dan mengetahui jauh lebih banyak dari pada yang kita berikan, jika kita mengharapkan gagasan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kita tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak kita miliki, dan bertindak tanpa pengetahuan hanya akan menyebabkan kekacauan.
Kita perlu berefleksi dengan tenang. Refleksi dapat mengatasi ketidakpastian yang serba tidak jelas. Keyakinan kita harus menjadi seperti gunung es: lebih banyak bagian yang tersembunyi dari pada yang terlihat langsung.
penulis : De Lova Amore
email : mey.amore@ymail.com
Post a Comment