Buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang mutlak diperlukan bagi masyarakat desa Waekokak, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo- Flores NTT. Sebagai daerah terpencil, berbagai akses informasi dan komunikasi memang sangat terbatas. Dengan hadirnya “Perpustakaan Mini” di tengah pemukiman penduduk, tentu merupakan sebuah “kejutan” dan kebanggan bagi masyarakat sekitar.
Siang itu, Selasa (8/2) di Desa Waekokak, tepatnya ke sebuah bangunan perpustakaan warga. Bangunan berbentuk segi empat ini, berukuran kecil hanya 4 x 5 M2 .
Di bangunan yang lebih dikenal dengan sebutan Rumah Mini ini, tampak beberapa siswa sekolah dasar, lengkap dengan seragam, memasuki rumah tersebut dan memilih tempat duduk untuk membaca. Inilah kebiasaan anak-anak sekolah di kampung itu menghabiskan waktu istirahat sekolah untuk mampir ke perpustakaan.
Aldegonda S.M. Pau (8), siswi kelas III dan Nining (6) siswi kelas II Sekolah Dasar Inpres Waemburung memilih membaca majalah Kunang-Kunang edisi 2006. Sementara siswa yang lain tekun mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR).
Ketika disapa, sontak Fransiskus X. Lako (10), siswa kelas IV Sekolah Dasar bertanya, “Om, ada bawa buku baru buat kami?” Rupanya Fransiskus dan teman-teman usianya menginginkan bacaan baru. Sungguh, perpustakaan ini minim bacaan karena jumlah buku sangat sedikit juga tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Theodora Susanty Toyo (26), salah seorang petugas perpustakaan yang ditemui FBC mengakui akan minimnya buku baru untuk perpustakaan. ”Pada awalnya banyak pengunjung yang datang termasuk masyarakat sekitar. Namun tiga bulan terakhir ini daftar pengunjungnya sangat kurang, karena jumlah buku yang tersedia sangat terbatas,” ungkapnya.
Sementara Elcy (22), rekan sekerja Santy di “Perpustakaan Mini” itu mengatakan, masyarakat menjadi malas karena setiap kali berkunjung, tidak ada buku-buku yang berkaitan dengan bidang pertanian atau peternakan. “Mereka selalu mengeluh kepada kami, tapi kami tidak bisa berbuat banyak.” tambah Elcy .
“Perpustakaan Mini”,di desa Waekokak, Kecamatan Aesessa, Kabupaten Nagekeo. (08/02/)
Theodora Susanty Toyo menjelaskan, perpustakaan kecil itu merupakan bantuan dari Green Music Foundation (GMF) Jakarta, yang disponsori langsung oleh vocalis, Glenn Fredly ketika berkunjung ke daerah itu pada pertengahan Desember 2010. “Selain bantu dana untuk bangun gedung ini, mereka (GMF) juga menyumbangkan buku-buku pelajaran sebanyak 274 buah” jelas Santy.
Kini pertanyaan Fransiskus X. Lako : “Om, ada bawa buku baru buat kami?” sungguh mengabarkan kenyataan yang ada di perpustakaan ini. Tidak heran jika wacana seputar kualitas pendidikan tetap berjalan di tempat, bila Fransiskus dan kawan seusianya masih belum mendapatkan bacaan yang baik atau minimal bervariasi.
Sudah saatnya persoalan ini ditanggapi secara bersama melalui pelbagai bentuk ‘jamahan’ dan kepedulian dari berbagai pihak termasuk pemerintah setempat.**(Guche Montero)
Siang itu, Selasa (8/2) di Desa Waekokak, tepatnya ke sebuah bangunan perpustakaan warga. Bangunan berbentuk segi empat ini, berukuran kecil hanya 4 x 5 M2 .
Di bangunan yang lebih dikenal dengan sebutan Rumah Mini ini, tampak beberapa siswa sekolah dasar, lengkap dengan seragam, memasuki rumah tersebut dan memilih tempat duduk untuk membaca. Inilah kebiasaan anak-anak sekolah di kampung itu menghabiskan waktu istirahat sekolah untuk mampir ke perpustakaan.
Aldegonda S.M. Pau (8), siswi kelas III dan Nining (6) siswi kelas II Sekolah Dasar Inpres Waemburung memilih membaca majalah Kunang-Kunang edisi 2006. Sementara siswa yang lain tekun mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR).
Ketika disapa, sontak Fransiskus X. Lako (10), siswa kelas IV Sekolah Dasar bertanya, “Om, ada bawa buku baru buat kami?” Rupanya Fransiskus dan teman-teman usianya menginginkan bacaan baru. Sungguh, perpustakaan ini minim bacaan karena jumlah buku sangat sedikit juga tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Theodora Susanty Toyo (26), salah seorang petugas perpustakaan yang ditemui FBC mengakui akan minimnya buku baru untuk perpustakaan. ”Pada awalnya banyak pengunjung yang datang termasuk masyarakat sekitar. Namun tiga bulan terakhir ini daftar pengunjungnya sangat kurang, karena jumlah buku yang tersedia sangat terbatas,” ungkapnya.
Sementara Elcy (22), rekan sekerja Santy di “Perpustakaan Mini” itu mengatakan, masyarakat menjadi malas karena setiap kali berkunjung, tidak ada buku-buku yang berkaitan dengan bidang pertanian atau peternakan. “Mereka selalu mengeluh kepada kami, tapi kami tidak bisa berbuat banyak.” tambah Elcy .
“Perpustakaan Mini”,di desa Waekokak, Kecamatan Aesessa, Kabupaten Nagekeo. (08/02/)
Theodora Susanty Toyo menjelaskan, perpustakaan kecil itu merupakan bantuan dari Green Music Foundation (GMF) Jakarta, yang disponsori langsung oleh vocalis, Glenn Fredly ketika berkunjung ke daerah itu pada pertengahan Desember 2010. “Selain bantu dana untuk bangun gedung ini, mereka (GMF) juga menyumbangkan buku-buku pelajaran sebanyak 274 buah” jelas Santy.
Kini pertanyaan Fransiskus X. Lako : “Om, ada bawa buku baru buat kami?” sungguh mengabarkan kenyataan yang ada di perpustakaan ini. Tidak heran jika wacana seputar kualitas pendidikan tetap berjalan di tempat, bila Fransiskus dan kawan seusianya masih belum mendapatkan bacaan yang baik atau minimal bervariasi.
Sudah saatnya persoalan ini ditanggapi secara bersama melalui pelbagai bentuk ‘jamahan’ dan kepedulian dari berbagai pihak termasuk pemerintah setempat.**(Guche Montero)
Post a Comment