Nagekeo masih kekurangan sarana dan tenaga kesehatan. Lihat saja sampai saat ini belum ada rumah sakit umum. Padahal sudah 5 tahun Nagekeo terbentuk sebagai sebuah kabupaten.
Martha N. Lamanepa, Kadis Kesehatan Nagekeo
Kadis Kesehatan Nagekeo, ibu Martha N. Lamanepa, menyampaikan hal itu kepada FBC di sela-sela kegiatan pelayanan kesehatan gratis Gambara-Yaspem di Desa Waekokak, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Selasa 25/09
Ibu Martha mengatakan, jarak yang sangat jauh antara Negekeo dan rumah sakit rujukan menjadi salah satu alasan perlu diadakan rumah sakit. “Kita sangat membutuhkan rumah sakit. Selama ini kebanyakan pasien, kita rujuk ke Ende. Padahal jarak Mbay-Ende cukup jauh ditempuh dengan 2,5 jam perjalanan. Atau kita rujuk ke Bajawa dengan waktu tempuh 3 jam. Ada beberapa kasus yang terjadi, belum tiba di rumah sakit yang ditunjuk, tetapi pasiennya telah meninggal di tengah jalan,” kata Martha
Menurutnya, sejak tahun 2007 Pemda setempat telah membangun rumah sakit, namun belum selesai karena keterbatasan dana. Untuk rumah sakit saja barusan dibangun klinik rawat jalan dan IGD.
“Kita masih banyak membutuhkan bangunan-bangunan untuk memenuhi berbagai sarana pelayaanan kesehatan sebagaimana umumnya sebuah rumah sakit. Selain itu, rumah sakit swasta juga juga belum ada, ini lah yang menjadi kesulitan bagi kita, sehingga banyak pasien yang harus kita tangani tetapi dirujuk ke luar,” tegas Martha.
Kabupaten Nagekeo terdiri atas 7 kecamatan, dan 113 desa/kelurahan. Setiap kecamatan memiliki 7 puskesmas.Sarana lainnya seperti Pustu ada 33, polindes ada 54 dan puskesdes ada 8.
“Dari 7 puskesmas yang ada dua diantaranya yakni Puskesmas Maunori dan Puskesmas Jawakisa belum memiliki dokter. Selain itu, dokter-dokter yang melayani juga umumnya masih PTT sehingga setelah setahun bekerja mereka kembali ke tempatnya semula,” ungkap Martha Untuk menjawabi berbagai persoalan kesehatan di lapangan, puskesmas-puskesmas yang ada diupayakan rawat inap, misalnya untuk pasien yang menderita malaria, dan diare. Bila ada pasien yang sakit serius dan lebih berat, masih dirujuk ke rumah sakit umum di Ende atau Bajawa.
Martha N. Lamanepa, Kadis Kesehatan Nagekeo
Kadis Kesehatan Nagekeo, ibu Martha N. Lamanepa, menyampaikan hal itu kepada FBC di sela-sela kegiatan pelayanan kesehatan gratis Gambara-Yaspem di Desa Waekokak, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Selasa 25/09
Ibu Martha mengatakan, jarak yang sangat jauh antara Negekeo dan rumah sakit rujukan menjadi salah satu alasan perlu diadakan rumah sakit. “Kita sangat membutuhkan rumah sakit. Selama ini kebanyakan pasien, kita rujuk ke Ende. Padahal jarak Mbay-Ende cukup jauh ditempuh dengan 2,5 jam perjalanan. Atau kita rujuk ke Bajawa dengan waktu tempuh 3 jam. Ada beberapa kasus yang terjadi, belum tiba di rumah sakit yang ditunjuk, tetapi pasiennya telah meninggal di tengah jalan,” kata Martha
Menurutnya, sejak tahun 2007 Pemda setempat telah membangun rumah sakit, namun belum selesai karena keterbatasan dana. Untuk rumah sakit saja barusan dibangun klinik rawat jalan dan IGD.
“Kita masih banyak membutuhkan bangunan-bangunan untuk memenuhi berbagai sarana pelayaanan kesehatan sebagaimana umumnya sebuah rumah sakit. Selain itu, rumah sakit swasta juga juga belum ada, ini lah yang menjadi kesulitan bagi kita, sehingga banyak pasien yang harus kita tangani tetapi dirujuk ke luar,” tegas Martha.
Kabupaten Nagekeo terdiri atas 7 kecamatan, dan 113 desa/kelurahan. Setiap kecamatan memiliki 7 puskesmas.Sarana lainnya seperti Pustu ada 33, polindes ada 54 dan puskesdes ada 8.
“Dari 7 puskesmas yang ada dua diantaranya yakni Puskesmas Maunori dan Puskesmas Jawakisa belum memiliki dokter. Selain itu, dokter-dokter yang melayani juga umumnya masih PTT sehingga setelah setahun bekerja mereka kembali ke tempatnya semula,” ungkap Martha Untuk menjawabi berbagai persoalan kesehatan di lapangan, puskesmas-puskesmas yang ada diupayakan rawat inap, misalnya untuk pasien yang menderita malaria, dan diare. Bila ada pasien yang sakit serius dan lebih berat, masih dirujuk ke rumah sakit umum di Ende atau Bajawa.
Post a Comment