Seiring dengan rencana pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 28 Februari 2013, banyak pihak mendorong dipilihnya Uskup dari benua Afrika sebagai suksesor pria berusia 85 tahun tersebut.
Hal itu karena sekitar 15 persen dari 1,2 miliar jumlah umat Katolik di seluruh dunia tinggal di Afrika, dan persentase tersebut telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan bagian dunia yang lain.
Dengan jumlah dan kontribusi yang besar dari umat Katolik Afrika, maka dinilai sudah waktunya dunia memiliki Paus dari benua Afrika.
"Saya pikir, dengan representasi masyarakat kulit hitam dalam komunitas Katolik yang lebih besar, maka adalah sah bahwa kita memiliki Paus berkulit hitam," kata Rene Legre Hokou, kepala Liga Hak Asasi Manusia Pantai Gading, dikutip dari Channelnewsasia.com, Selasa (12/2/2013).
"Seorang Paus dari Afrika dapat memberikan vitalitas lebih kepada Gereja Katolik di dunia, itu akan menunjukkan karakter agama yang lebih universal," lanjutnya.
Sejumlah Gereja Katolik Afrika juga menginginkan dipilihnya seorang Paus dari Afrika, namun juga masih membuka pintu bagi kandidat terbaik yang memenuhi syarat, tidak peduli dari mana dia berasal.
Terdapat sejumlah kandidat potensial dari Afrika untuk mengisi posisi yang akan ditinggalkan oleh Paus Benediktus XVI, di antaranya Peter Turkson asal Ghana dan John Onaiyekan asal Nigeria. Ada juga nama Francis Arinze dari Nigeria yang kini berusia 80 tahun.
Selain dari kawasan Afrika, spekulasi soal pengganti Paus Benediktus XVI juga berkembang dari negara-negara Amerika Latin atau Asia.
Rencana pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Senin (11/2/2013), sontak mengejutkan dunia. Sejumlah umat Katolik Amerika Serikat (AS) mengaku tidak percaya dengan langkah Paus yang terkesan sangat terburu-terburu itu.
"Saya tidak mengerti, Paus terakhir menjalankan tugasnya hingga ia meninggal," ujar Luke Holman, 23, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Drake di Des Moines.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, atas nama seluruh warga AS, menyampaikan apresiasi dan doa untuk Paus Benediktus XVI.
"Michelle dan saya menyampaikan penghargaan dan doa kami untuk Sri Paus Benediktus XVI," tandas Obama yang mengaku masih mengingat pertemuan hangat mereka dengan Paus pada tahun 2009, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (12/2/2013).
Pengunduran diri Paus Benediktus XVI disambut kekhawatiran oleh warga Palestina penganut Katolik. Sebab, selama ini Paus dinilai sangat membantu peningkatan hubungan baik antara Vatikan dan Israel serta tetap mendukung
pengakuan status Palestina sebagai negara.
"Kami menginginkan perwakilan Vatikan yang sangat suportif terhadap kaum terpinggir, kaum tertindas dan dalam kasus ini, warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel yang brutal," ujar Direktur Pusat Resolusi Konflik Palestina Wi'am, Zoughbi Zoughbi seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (12/2/2013).
Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Johannes Pujasumarta, Selasa (12/2/2013), mengatakan, "Berita pengunduran diri Sri Paus tentu sangat mengejutkan kami, umat Katolik di Indonesia. Peristiwa ini sangat langka," kata Mgr. Puja di Ambon, Selasa siang.
"Namun kami harus menghargai pengunduran diri Sri Paus. Semoga ini akan mendatangkan berkah bagi umat Katolik," lanjut Mgr. Puja.
Hal itu karena sekitar 15 persen dari 1,2 miliar jumlah umat Katolik di seluruh dunia tinggal di Afrika, dan persentase tersebut telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan bagian dunia yang lain.
Dengan jumlah dan kontribusi yang besar dari umat Katolik Afrika, maka dinilai sudah waktunya dunia memiliki Paus dari benua Afrika.
"Saya pikir, dengan representasi masyarakat kulit hitam dalam komunitas Katolik yang lebih besar, maka adalah sah bahwa kita memiliki Paus berkulit hitam," kata Rene Legre Hokou, kepala Liga Hak Asasi Manusia Pantai Gading, dikutip dari Channelnewsasia.com, Selasa (12/2/2013).
"Seorang Paus dari Afrika dapat memberikan vitalitas lebih kepada Gereja Katolik di dunia, itu akan menunjukkan karakter agama yang lebih universal," lanjutnya.
Sejumlah Gereja Katolik Afrika juga menginginkan dipilihnya seorang Paus dari Afrika, namun juga masih membuka pintu bagi kandidat terbaik yang memenuhi syarat, tidak peduli dari mana dia berasal.
Terdapat sejumlah kandidat potensial dari Afrika untuk mengisi posisi yang akan ditinggalkan oleh Paus Benediktus XVI, di antaranya Peter Turkson asal Ghana dan John Onaiyekan asal Nigeria. Ada juga nama Francis Arinze dari Nigeria yang kini berusia 80 tahun.
Selain dari kawasan Afrika, spekulasi soal pengganti Paus Benediktus XVI juga berkembang dari negara-negara Amerika Latin atau Asia.
Rencana pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Senin (11/2/2013), sontak mengejutkan dunia. Sejumlah umat Katolik Amerika Serikat (AS) mengaku tidak percaya dengan langkah Paus yang terkesan sangat terburu-terburu itu.
"Saya tidak mengerti, Paus terakhir menjalankan tugasnya hingga ia meninggal," ujar Luke Holman, 23, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Drake di Des Moines.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, atas nama seluruh warga AS, menyampaikan apresiasi dan doa untuk Paus Benediktus XVI.
"Michelle dan saya menyampaikan penghargaan dan doa kami untuk Sri Paus Benediktus XVI," tandas Obama yang mengaku masih mengingat pertemuan hangat mereka dengan Paus pada tahun 2009, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (12/2/2013).
Pengunduran diri Paus Benediktus XVI disambut kekhawatiran oleh warga Palestina penganut Katolik. Sebab, selama ini Paus dinilai sangat membantu peningkatan hubungan baik antara Vatikan dan Israel serta tetap mendukung
pengakuan status Palestina sebagai negara.
"Kami menginginkan perwakilan Vatikan yang sangat suportif terhadap kaum terpinggir, kaum tertindas dan dalam kasus ini, warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel yang brutal," ujar Direktur Pusat Resolusi Konflik Palestina Wi'am, Zoughbi Zoughbi seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (12/2/2013).
Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Johannes Pujasumarta, Selasa (12/2/2013), mengatakan, "Berita pengunduran diri Sri Paus tentu sangat mengejutkan kami, umat Katolik di Indonesia. Peristiwa ini sangat langka," kata Mgr. Puja di Ambon, Selasa siang.
"Namun kami harus menghargai pengunduran diri Sri Paus. Semoga ini akan mendatangkan berkah bagi umat Katolik," lanjut Mgr. Puja.
Sumber : Tribunnews
Post a Comment