BAGHO! Nama sebuah kampung tua di wilayah Desa Solo, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Ini bukan kampung asalku.ada fakta menarik yang mereka temukan di kampung Bagho. Di kampung ini terdapat kuburan kuno. tampak kuburan-kuburan itu dibangun berderet memanjang yang ditandai dengan tumpukan lempengan batu kali yang disusun rapi.
Tidak diceritakan kapan kuburan-kuburan itu dibangun. Mereka hanya menyebutnya kuburan kuno. Bisa saja dibangun ratusan tahun atau ribuan tahun lalu. Namun, masyarakat setempat berharap kuburan-kuburan itu dipromosikan sebagai aset wisata Kabupaten Nagekeo.
Sebelum Nagekeo dimekarkan dari kabupaten induk Ngada, kampung Bena, sumber air panas Mengeruda, taman laut 17 pulau Riung dikenal sebagai aset wisata Kabupaten Ngada. Setelah berdiri sendiri, Nagekeo seolah-olah tidak memiliki kawasan wisata yang bisa diandalkan. Hanya ada bendungan Sutami di Mbay. Tapi, sejauh ini bendungan tersebut tidak terawat. Aset wisata satu-satunya yang diharapkan di Nagekeo, ya cuma kampung Bagho dengan kuburan kunonya. Para mahasiswa yang tergabung dalam HIPPMAB berharap agar pemerintah dapat memperhatikan aset tersebut dan mempromosikannya.
Masalahnya, sampai saat ini, akses jalan ke kampung ini masih cukup susah. Dengan pembangunan jalan yang baik diharapkan wisatawan domestik dan mancanegara bisa dengan mudah datang ke kampung ini. Warga setempat dan para anggota HIPPMAB yakin kalau potensi wisata tersebut diperhatikan, maka dampaknya sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah setempat.
Tidak hanya kuburan kuno. Desa Solo yang terdiri dari empat wilayah yaitu Solo I, Solo II, Solo III dan Solo IV dengan jumlah penduduk seluruhnya sekitar 690 jiwa, kaya akan potensi pertanian dan perkebunan.
Hasil pantauan para mahasiswa selama seminggu di sana, diketahui bahwa warga Desa Solo umumnya berprofesi petani. Selain menanam padi dan jagung di sawah dan ladang, mereka juga menanam tanaman umur panjang seperti kopi, cengkeh, vanili, coklat (kakao), kemiri, kelapa, jambu mete, bambu, dan lain-lain.
Namun, hasil-hasil pertanian dan perkebunan ini sulit dijual keluar karena jalan raya menuju ke desa ini belum mendapat perhatian dari pemerintah. Panjang jalan ini dari pusat desa menuju kampung lama (Bagho) sekitar 7 km.
Tidak diceritakan kapan kuburan-kuburan itu dibangun. Mereka hanya menyebutnya kuburan kuno. Bisa saja dibangun ratusan tahun atau ribuan tahun lalu. Namun, masyarakat setempat berharap kuburan-kuburan itu dipromosikan sebagai aset wisata Kabupaten Nagekeo.
Sebelum Nagekeo dimekarkan dari kabupaten induk Ngada, kampung Bena, sumber air panas Mengeruda, taman laut 17 pulau Riung dikenal sebagai aset wisata Kabupaten Ngada. Setelah berdiri sendiri, Nagekeo seolah-olah tidak memiliki kawasan wisata yang bisa diandalkan. Hanya ada bendungan Sutami di Mbay. Tapi, sejauh ini bendungan tersebut tidak terawat. Aset wisata satu-satunya yang diharapkan di Nagekeo, ya cuma kampung Bagho dengan kuburan kunonya. Para mahasiswa yang tergabung dalam HIPPMAB berharap agar pemerintah dapat memperhatikan aset tersebut dan mempromosikannya.
Masalahnya, sampai saat ini, akses jalan ke kampung ini masih cukup susah. Dengan pembangunan jalan yang baik diharapkan wisatawan domestik dan mancanegara bisa dengan mudah datang ke kampung ini. Warga setempat dan para anggota HIPPMAB yakin kalau potensi wisata tersebut diperhatikan, maka dampaknya sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah setempat.
Tidak hanya kuburan kuno. Desa Solo yang terdiri dari empat wilayah yaitu Solo I, Solo II, Solo III dan Solo IV dengan jumlah penduduk seluruhnya sekitar 690 jiwa, kaya akan potensi pertanian dan perkebunan.
Hasil pantauan para mahasiswa selama seminggu di sana, diketahui bahwa warga Desa Solo umumnya berprofesi petani. Selain menanam padi dan jagung di sawah dan ladang, mereka juga menanam tanaman umur panjang seperti kopi, cengkeh, vanili, coklat (kakao), kemiri, kelapa, jambu mete, bambu, dan lain-lain.
Namun, hasil-hasil pertanian dan perkebunan ini sulit dijual keluar karena jalan raya menuju ke desa ini belum mendapat perhatian dari pemerintah. Panjang jalan ini dari pusat desa menuju kampung lama (Bagho) sekitar 7 km.
Post a Comment