Home » » KELULUSAN: NAGEKEO urutan TerAKHIR se NTT, NANGARORO TerAKHIR se Nagekeo

KELULUSAN: NAGEKEO urutan TerAKHIR se NTT, NANGARORO TerAKHIR se Nagekeo

Written By Unknown on January 28, 2013 | 3:51 AM

KELULUSAN: NAGEKEO urutan TerAKHIR se NTT, NANGARORO TerAKHIR se Nagekeo

Dulu, banyak orang cerdas di Flores dan/atau Nagekeo. Apakah hari ini, masihkah ada anak2 cerdas di Flores dan/atau Nagekeo? Demikian tulis Robert EppeDANDO di laman Nagekeo Bersatu belum lama ini.


Robert mengatakan berkali-kali dalam pertemuan dengan para guru se Flores selama 2 tahun (2009-2010), pihaknya selalu menghimbau para guru agar memberikan perhatian ekstra akan pentingnya mutu pendidikan di Flores dgn menggunakan: METODE yang TEPAT, GURU yang TEPAT, dan SARANA yang TEPAT.

Tokoh muda asal Nagekeo dan pemerhati pendidikan ini yakin tidak ada siswa/i yang bodoh, goblok, atau tolol di dunia. Yang tepat adalah siswa/i belum bertemu dgn GURU yang TEPAT, METODE yang TEPAT, dan SARANA yang TEPAT.

"Walau benar bahwa hasil Ujian Nasinal (UN) bukanlah indikator satu-satunya seorang siswa/i memiliki Multiple Intelligence namun UN menjadi barometer awal dalam menakar kualitas SDM Nagekeo dan/atau Flores," tulisnya.

Tulisan ini sekejap menarik banyak perhatian. 27 orang like (beri jempol) untuk tulisan ini dan sekitar lebih dari 60 orang turut berbagi pandangan.

Haman Rofinus Guru mengatakan sekarang guru hanya mengejar nilai finansial saja dan sibuk mengurusi sertifikasi dan lupa tugas utama mereka sebagai pengajar. "Jangan heran NTT hasil yg paling buntu dlm UN," tulisnya.

"Banyak orang berpendapat seperti itu. Mudah2an masih ada guru berhati mulia. Kita akan kehilangan satu generasi jika hal ini selalu terjadi rutin setiap tahun alias MENU TETAP di NTT," tulis Robert EppeDando.

Fransisco Dorelagu turut berekasi karena telah menjadi bagian dari orang Nangaroro dari perkawinan. "Gebrak abis dunia pendidikan di Nangaroro supaya ada perubahan, tentunya pemerintah dan masyarakat harus bersama sama," tulis pemerhati budaya dan pendidikan ini.

Manuel De Rosari Soka menuding guru murid sama gapteknya. Pola mengajar guru-guru di NTT masih jadul (jaman dulu). "Sementara daerah lain sudah sekilo berlari qt msh jalan dtempat bahkan mundur lg kebelakang ..klopun ada guru yg modern jarang berbagi terlalu angkuh tuk berbagi ilmu dgn muridnya ..profesi dijalani sbg rutinitas yg membosankan bukan sbg tugas panggilan plgi yg sdh PNS kerja tampa progres yg jelas," ceritanya.




Robert EppeDando
"Data tsb saya peroleh dari guru2 di Nagekeo, Kupang, dan bbrp guru pengajar SMA Setiawan Nangaroro....(yg lulus cuma 4 orang tahun ini)....juga bbrp data terkait utk cek berimbang akan info tsb.....dan....sungguh menyedikan," tulis Robert EppeDando.

"Rata2 kita sedang kehilangan SPIRIT dlm berkarya dan membangun kampung halaman sendiri dgn HATI....hanya pikirkan diri sendiri, namun di pihak lain kita getol berbusa2 ttg kemajuan, tapi NIHIL SPIRIT....hanya "lezat di mulut, tapi tak gurih di hati...." tambahnya.

Silvia Sea menulis punya pengalaman selama tinggal 7 bulan di kampung dan cukup kenal dekat dengan adik2 yg berseragam SD s/d SMA. "Hanya beberapa anak saja yg dpt membaca dgn baik dan lancar. Selebihnya ya membaca sambil mengeja. Lebih bikin saya merinding lagi ada anak SMA yg kemampuan bacanya seperti anak TK. Jadi saya tidak begitu kaget dgn urutan peringkat kelulusan yg ada," tulis alumnus Universitas Pancasila Jakarta ini.

Tobby Ndiwa ikut berbagi pengalaman. "Jaman Saya dulu guru2 agak otoriter dan kejam...termasuk sayapun sering jadi korban kekejaman guru2,.dibalik itu hasilnya men ” tingkat kelulusan dan kwalitas peserta didik tidak diragukan...,yg jelas permasalahan sekarang ini selain kwalitas pengajar, kesetaraan kurikulum yg selalu ketinggalan dari daerah lain...hemat saya mutu rendah bukan bodoh, melainkan ketinggalan kurikulum dan sarana pendukung lainya," tulis musisi muda dan pemerhati pendidikan asal Nagekeo ini.

Hermin Waga juga menilai Guru di NTT termasuk Nagekeoi kurang fokus dan total dalam mengajar, di samping itu juga tidak mau belajar untuk mengembangkan diri. Padahal pemerintah memberikan dana BOS dan BOM.

Menurut Hans Obor Nangaroro itu udah jadi kota yg lumayan rame. Generasi anak sekolah sudah kenal main bilyar, main PS, nongkrong di warnet. Mereka lebih suka plesir ke Ende, pacaran di pantai..anak ABG Nangaroro pergi pacaran di jembatan nanga mere di Ndenasangi. "Hemmmm mau jadi apa Nangaroro 10 tahun ke depan .. bakal dikuasai warga Mauponggo yang berbisnis di sana ..ehm ehm," tulisnya.

Sirilus Ida menulis "Menyedihkan memang......and who should be responsible for the education which is very worrying for the children and our brothers in our province.... saya rasa harus mulai dari diri kita, keluarga harus lebih kreatif menyikapi situasi yang terjadi.. do not be discouraged," tulis konsultan bisnis asal Nagekeo yang dekat dengan Kelompok Usaha Grup Djarum ini.

"Apakah terjadi penurunan kualitas Manusia Nagekeo? Bisa saja, kualitas makanan dan minuman, kualitas berpikir dan menggunakan waktu, atau ada masalah dengan orientasi hidup...he he he jangan terlalu....kita coba telaah bersama.. Mengapa bisa begitu?" tulis Amandus Raja Sina.


Share this article :

+ comments + 1 comments

May 12, 2016 at 12:14 PM

Ini adalah bukti nyata kegagalan pemimpin daerah tersebut yang tidak berkualitas ,dan sewenang wenang menempatkan orang dilingkup yang tidak sesuai profesinya ,memang nagekeo selalu jadi juru kunci .............

Post a Comment

 
Contact Us : Facebook | Twitter | Feeds
Copyright © 2011. Himappen Jabodetabek - All Rights Reserved
Great Created by Creating Website Modify by Agaz Santiago
Proudly powered by Blogger