Home » , , » Catatan Peringatan HUT NTT Ke-54 Di Jakarta

Catatan Peringatan HUT NTT Ke-54 Di Jakarta

Written By Unknown on February 18, 2013 | 4:11 PM

himapenjakarta.blogspot.com
Suasana perayaan HUT NTT KE 54 di Jakarta
Hari sabtu tanggal 16 Februari seharusnya menjadi hari peringatan HUT NTT KE 54 yang fenomenal untuk masyarakat NTT di JABODETABEK, namun acara yang berlangsung di arena pameran Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, Jakarta Pusat, terlihat seperti suasana pasar tradisional di NTT. Acara yang ditata dengan sangat tidak rapi sehingga menampilkan suasana yang semrawut. Statement ini sangat berlasan, ada beberapa hal yang saya lihat dan menjadi catatan tersendiri bagi saya, yang juga harus menjadi perhatian Panitia penyelenggara yang juga merupakan anggota dari organisasi Forum Komunikasi Masyarakat Flobamora. Catatan-catatan yang akan saya kemukakan bukan untuk menghakimi panitia penyelenggara, tapi menjadi catatan bagi masyarakat NTT di JABODETABEK sehingga kedepan ini mampu memberikan atau menyelenggarakan acara yang lebih baik dan tertata rapi. Acar tersebut juga ingin menampilkan tari ja’i massal dengan penari 15.000 orang.

Acara peringatan HUT NTT KE 54 selain menjadi ajang peringatan HUT NTT, harusnya menjadi acara yang mampu menampilkan seni dan budaya masyarakat NTT yang kurang terekspos secara nasional, dengan kesempatan masyarakat NTT di JABODETABEK seharusnya mampu menjadi satu keuntungan bagi NTT, dalam mengekspos kebudayaan NTT di Jakarta. Selain itu perayaan ini seharusnya menjadi ajang temu kangen antar masyarakat NTT di JABODETABEK yang mungkin saja terpisah oleh ruang dan waktu di daerah rantauan. Menyadari berbagai hal di atas saya ingin mengemukakan beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita semua, yang akan saya kemukakan adalah kekurangan-kekurangan dari perayaan tersebut. Acara yang berdasarkan kabar burung bernilai 3 miliar rupiah ini harusnya menjadi acara yang baik dan bagus bahkan tidak terlupakan bagi masyarakat NTT di JABODETABEK. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Beberapa kekurangan itu antara lain :

Pertama, pengaturan tempat bagi para undangan VVIP maupun VIP, dan masyarakat yang datang sangat tidak teratur. Masyarakat yang datang tidak mendapatkan tempat yang layak untuk menyaksikan pentas seni berupa tarian yang ditampilkan di atas panggung sehingga sebagian masyarakat merangsek masuk hingga berada di bawah panggung sehingga mereka menghalangi pandangan tamu VVIP maupun VIP. Bahkan ada beberapa masyarakat yang tidak berkepentingan memilih berdiri di atas panggung. Seharusnya penyelenggara bisa menyiapkan panggung yang lebih besar bagi pementas seni budaya, dan para tamu undangan berada di barisan terdepan sedangkan masyarakat diarahkan untuk menyaksikan pentas seni budaya dari belakan para tamu undangan. Pada kenyataannya, para tamu undangan ditempatkan agak menyamping dari depan panggung, dan ditengahnya disiapkan bagi para penari caci dari manggarai yang memang membutuhkan tempat pentas yang luas, padahal jika panggungnya cukup luas, tari caci bisa ditampilkan di atas panggung namun itu tidak terjadi.

Kedua, untuk setiap kabupaten disediakan stand-stand yang tidak diketahui tujuannya untuk apa. Jika stand-stand tersebut diperuntukkan bagi setiap kabupaten menampilkan hasil kerjinan seni budaya setiap daerah, yang harus dipertanyakan mengapa hampir semua stand tidak menampilkan apapun?malah stand-stand tersebut dipenuhi orang-dari setiap kabupaten berdasarkan nama standnya, tanpa ada tampilan kerajinan seni dan budaya setiap daerah, dan di beberapa stand ada penjualan pakaian maupun kaset lagu. Namun jika stand-stand tersebut hanya menjadi tempat berkumpul orang-orang berdasarkan kabupatennya, bukankah itu telah menyalahi tujuan acara tersebut yang katanya untuk pameran seni budaya NTT dengan tema “NTT MEMANGGIL”. Lalu jika hanya untuk tempat berkumpulnya orang-orang berdasarkan daerahnya, bukankah itu hanya buang-buang uang? Pembangunan stand-stand tersebut terbilang cukup mahal. Dan kalau stand-stand tersebut untuk menampilkan pameran kerajinan seni dan budaya setiap daerah, mengapa tidak ada pemberitahuan sehingga ada persiapan bagi orang-orang dari daerah maupun masyarakat NTT yang di Jabodetabek untuk menampilkannya?, kalaupun sudah ada pemberitahuan mengapa hasilnya seperti itu? Stand-stand kosong dan tidak ada kerajinan seni dan budaya yang ditampilkan.

Ketiga, dalam roundown acara, perayaan tersebut seharunya dimulai sejak jam 10 dan berakhir jam 16.00, namun acara tersebut berlangsung hingga pukul 18.00. dengan waktu yang cukup panjang tersebut, masih ada beberapa pengisi acara yang tidak sempat membawakan apa yang ingin ditampilkannya, bahkan ada beberapa penyanyi yang mengeluhkan jika mereka tidak menyanyikan lagu-lagunya berdasarkan roundown acara yang dibagikan. Misalnya ada yang seharusnya menyanyikan 3 lagu, tapi hanya menyanyikan 1 lagu, adapula yang seharusnya membacakan puisi, tetapi tidak jadi membacakan puisinya. Menjad aneh ketika acara yang diperpanjang hingga 2 jam, tetapi ada yang tidak sempat mengisi acara, karena tidak mendapatkan waktu dan kesempatan. Seingat saya, acara peresmian dimulai pukul 11 lewat, artinya acara dimulai terlambat 1 jam lebih dan ditambah 1 jam hingga pukul 18.00, berarti ada kelebihan waktu 1 jam. Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi?. Jika ada kesalahan teknis dan hambatan lainnya, bukankah panitia seharusnya telah memperkirakannya, jika alasannya karena cuaca yang tidak mendukung, bukankah hanya gerimis dan tidak mengakibatkan para pengunjung pulang, malah para pengunjung tetap berdiri meski harus diguyur gerimis.

Keempat, ketidaksiapan panitia dalam menyiapkan tempat bagi para undangan, menyebabkan bapak perwakilan NTT untuk Jakarta, harus berdiri pada saat salah satu tamu undangan VIP datang bersama istrinya. Menjadi lucu dan aneh, karena tentunya panitia telah menyebarkan undangan kepada orang-orang penting di NTT maupun di Jakarta, seharusnya mereka telah menyiapkan tempat bagi para undangan, dan mempersiapkannya lebih sebagai antisipasi.

Kelima, panitia yang saya anggap kurang persiapan ini, tidak mampu mengendalikan massa yang ada, pihak keamanan tidak mampu mengatur massa yang datang agar tertib dan teratur. Panitia rencananya akan menyelenggarakan tari ja’i massal 15.000 orang harusnya panitia telah mempersiapkan anggota keamanan dan koordinator lapangan yang memadai, yang mampu mengatur ribuan orang. Lucu, karena panitia akan menyelenggarakan tari ja’i massal 15.000 orang, namun pengatur dan keamanannya hanya sedikit, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya suasana di arena PRJ hari itu seperti keadaan di pasar tradisional di Mbay, Nagekeoyang diselenggarakan tiap hari sabtu, kesemrawutan dan ketidakteraturan yang hampir sama.

Keenam, sekilas pada saat acara saya melihat ada tampilan para sponsor dari beberapa bank nasional dan katanya juga disponsori oleh salah satu operator seluler nasional. Sepengetahuan saya yang mempelajari marketing dan kehumasana, jika sebuah perusahaan mensponsori sebuah kegiatan pameran tentunya mereka juga menginginkan agar productnya ditampilkan dalam pameran tersebut, juga ada banner atau spanduk yang berisi tentang perusahaan yang mensponsori kegiatan tersebut. Namun, dalam perayaan tersebut, perusahaan yang mensponsorinya hanya ditampilkan nama perusahaannya berupa slide di layar besar dalam kurun waktu beberapa detik saja, tanpa adanya stand yang dipersiapkan bagi perusahaan sponsor, dan hanya beberapa spanduk saja yang terpampang di sepanjang jalan masuk.

Ketujuh, tari ja’i massal yang katanya untuk memecahkan rekor MURI dilakukan sangat amburadul dan tidak tertib, masyarakat yang mengikutinya tidak menari dengan gerak yang sama, ada yang memutar kekiri ada yang kekanan, bahkan ada yang hanya menonton saja. Jika dihitung masyarakat yang ikut menari, saya bisa berspekulasi bahwa tidak sampai 15.000 orang bahkan 8.000 orang tidak sampai, seperti yang dikatakan oleh perwakilan dari MURI yang mengatakan ada 8.000 penari dan telah memecahkan rekor Dunia penari terbanyak. Dan sepengetahuan saya untuk menilai apakah layak menjadi rekor MURI bahkan rekor dunia dalam sebuah tari massal, yang dinilai adalah keserasian gerak dan pakaian yang digunakan. Kenyataannya hanya belasan orang yang memakai pakaian adat sesuai jenis tari ja’i ribuan lainnya tidak, dan gerakkan tarian pun tidak serasi seperti yang saya katakan di atas. Pakaian yang tidak serasi, gerak tari yang ditampilkan amburadul mengapa bisa menjadi rekor MURI bahkan rekor Dunia tarian dengan penari terbanyak??????????

Itu adalah beberapa catatan yang saya amati dari penyelenggaraan peringatan HUT NTT KE 54 di Jakarta, semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua di masa yang akan datang.



Penulis : Gian Tue Mali
Share this article :

Post a Comment

 
Contact Us : Facebook | Twitter | Feeds
Copyright © 2011. Himappen Jabodetabek - All Rights Reserved
Great Created by Creating Website Modify by Agaz Santiago
Proudly powered by Blogger